Pengertian Penyesuaian Diri
Kemampuan
penyesuaian diri yang sehat terhadap lingkungan merupakan salah satu prasyarat
yang penting bagi terciptanya kesehatan jiwa/mental individu. Banyak individu
yang menderita dan tidak mampu mencapai kebahagiaan dalam hidupnya karena
ketidakmampuannya dalam menyesuaikan diri baik dengan kehidupan keluarga,
sekolah, pekerjaan maupun masyarakat pada umumnya. Tidak sedikit orang-orang
yang mengalami stress atau depresi akibat kegagalan mereka untuk melakukan
penyesuaian diri dengan kondisi lingkungan yang ada dan kompleks.
Makna
keberhasilan pendidikan seseorang terletak pada sejauh mana yang telah
dipelajari itu dapat membantu dalam menyesuaikan diri dengan kebutuhan dan
tuntutan lingkungan kehidupannya. Berdasarkan pengalaman dan pengetahuan yang
diperoleh dari sekolah dan di luar sekolah. Seseorang memiliki sejumlah
kecakapan, minat, sikap, cita-cita, dan pandangan hidup. Dengan
pengalaman-pengalaman itu, secara berkesinambungan, ia dibentuk menjadi seorang
pribadi yang matang dan memiliki tanggung jawab sosial dan moral.
Kondisi
fisik, mental, dan emosional dipengaruhi dan diarahkan oleh faktor-faktor
lingkungan yang kemungkinan akan berkembangan ke proses penyesuaian yang baik
atau tidak baik. Sejak lahir sampai meninggal, seseorang individu merupakan
organis cme yang bergerak aktif dan dinamis. Ia aktif dengan tujuan dan
aktivitas-aktivitasnya yang berkesinambungan. Ia berusaha untuk memuaskan
kebutuhan-kebutuhan jasmani dan rohani.
Pengertian penyesuaian diri (adaptasi) pada awalnya berasal dari
pengertian yang didasarkan pada ilmu biologi, yaitu dikemukakan oleh
Charles
Darwin yang terkenal dengan teori evolusi. Ia mengatakan “genetic changes can
improve the ability of organisms to survive, reproduce, and in animals, raise
offspring, this process is called adaptation”. Artinya tingkah laku manusia
dapat dipandang sebagai reaksi terhadap berbagai tuntutan dan tekanan alamiah
lainnya. Semua makluk hidup secara alami telah dibekali beradaptasi dengan
keadaan lingkungan alam untuk bertahan hidup. Dalam istilah psikologi,
penyesuaian diri (adaptasi dalam istilah biologi) disebut dengan istilah
adjustment merupakan suatu proses untuk mencari titik temu antara kondisi diri
dan tuntutan lingkungan (Davidoff, 1991).
Dengan
demikian, penyesuaian diri merupakan suatu proses alamiah dan dinamis yang
bertujuan mengubah perilaku individu agar terjadi hubungan yang lebih sesuai
dengan kondisi lingkungannya. Penyesuaian diri juga dapat diartikan sebagai
berikut. hubungan yang lebih sesuai dengan kondisi lingkungannya. Penyesuaian
diri juga dapat diartikan sebagai berikut.
a.
Penyesuaian
diri berarti adaptasi dapat dipertahankan eksistensi, atau bisa “survive” dan
memperoleh kesejahteraan jasmani dan rohani, dan dapat mengadakan relasi yang
memuaskan dengan tuntutan lingkungan sosial.
b.
Penyesuaian
diri dapat pula diartikan sebagai konformitas yang berarti menyesuaikan sesuatu
dengan standar atau prinsip yang berlaku umum.
c.
Penyesuaian
diri dapat diartikan sebagai penguasaan, yaitu memiliki kemampuan untuk membuat
rencana dan juga mengordinasir responsrespons sedemikian rupa, sehingga bisa
mengatasi segala macam konflik, kesulitan, dan frustasi-frustasi secara
efektif. Individu memiliki kemampuan menghadapi realitas hidup dengan cara yang
adekuat atau memenuhi syarat.
d.
Penyesuaian
diri dapat diartikan sebagai penguasaan dan kematangan emosional. Kematangan
emosiaonal berarti memiliki respons emosional yang sehat dan tepat pada setiap
persoalan.
Karateristik
Penyesuaian Diri
Sesuai dengan
perkembangan fase remaja maka penyesuaian diri di kalangan remaja memiliki
karakteristik yang khas pula. Berikut ini bentuk karakteristik penyesuaian diri
remaja :
1)
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Peran dan Identitasnya
Pesatnya perkembangan fisik dan psikis, seringkali menyebabkan
remaja mengalami krisis peran dan identitas. Sesungguhnya, remaja senantiasa
berjuang agar dapat memainkan perannya agar sesuai dengan perkembangan masa
peralihannya dari masa anak-anak menjadi dewasa. Tujuannya untuk menemukan
identitasnya dalam lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat.
2)
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Pendidikan
Krisis identitas yang dialami oleh remaja seringkali menimbulkan
kendala dalam penyesuaian diri terhadap kegiatan belajarnya. Pada umumnya
remaja mengetahui jika ingin menjadi sukses harus belajar yang rajin, namun
dalam upayanya mencari identitasnya para remaja seringkali mencari kegiatan
yang bersifat diluar belajar. Tidak jarang remaja ingin sukses dalam pendidikan
tetapi dengan cara yang mudah tanpa belajar.
3)
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Seks
Secara fisik remaja mengalami kematangan pertumbuhan fungsi
seksual, sehingga dorongan seksualnya juga kuat. Artinya, remaja perlu menyesuaikan
dirinya untuk bisa mengendalikan hasrat seksualnya, dalam batas nilai – nilai
moral masyarakat dan agama.
4)
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Norma Sosial
Dalam kehidupan bermasyarakat, tentunya memiliki aturan – aturan
yang harus dijunjung tinggi mengenai baik atau buruk, benar atau salah, boleh
atau tidak boleh dilakukan dalam bentuk norma – norma, hukum, nilai moral,
sopan santun maupun adat istiadat. Berbagai bentuk aturan kelomopok masyarakat
belum tentu bisa diterima oleh remaja saat ini. Dalam konteks ini penyesuaian
diri remaja terhadap norma sosial adalah menginteraksikan antara dorongan untuk
bertindak bebas, dengan tuntutan norma sosial pada masyarakat.
5)
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Penggunaan Waktu Luang
Waktu luang remaja merupakan kesempatan untuk memenuhi dorongan
bertindak bebas. Namun disisi lain, remaja dituntut agar dapat menggunakan
waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat. Jadi upaya penyesuaian diri remaja
adalah melakukan penyesuaian antara dorongan kebebasan serta inisiatif dan
kreativitas dengan kegiatan yang bermanfaat. Dengan demikian penggunaan waktu
luang akan menunjang diri dan manfaat sosial.
6)
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Penggunaan Uang
Dalam kehidupannya remaja juga berupaya menemui dorongan sosial
lain yang memerlukan dukungan finansial. Karena remaja belum mampu memperoleh
penghasilan sendiri, dengan adanya rangsangan, tantangan, tawaran maupun
kesempatan seringkali mengakibatkan jatah uang yang diterima dari orang tua
dianggap kurang. Jadi, perjuangan penyesuaian diri remaja adalah berusaha untuk
mampu bertindak proposional dalam memenuhi kebutuhan sosial.
7)
Penyesuaian
Diri Remaja terhadap Kecemasan, Konflik dan Frustasi
Karena dinamika perkembangan yang sangat dinamis, remaja seringkali
dihadapkan pada kecemasan, konflik dan frustasi. Strategi penyesuaian diri
dalam hal ini biasanya malalui suatu mekanisme oleh Sigmund Freud (Corey, 1989)
disebut dengan mekanisme pertahanan diri seperti kompensasi, rasionalisasi,
sublimasi, identifikasi, regresi, fiksasi.
Dalam
kenyataan, tidak selamanya individu akan berhasil dalam melakukan penyesuaian
diri. Hal itu disebabkan adanya rintangan atau hambatan tertentu yang
menyebabkan ia tidak mampu melakukan penyesuaian diri secara optimal.
Rintangan-rintangan tersebut, ada individuindividu yang mampu melakukan
penyesuian diri secara positif, tetapi ada pula yang melakukan penyesuaian diri
secara tidak tepat.
Untuk lebih jelasnya, berikut ini akan diuraikan arakteristik
penyesuaian diri yang positif dan penyesuaian diri yang salah.
1. Penyesuaian
Diri yang Positif
Diantaranya ditandai hal-hal sebagai berikut:
a.
Tidak menunjukan adanya ketegangan emosional yang berlebihan.
b.
Tidak menunjukan adanya mekanisme pertahankan yang salah.
c.
Tidak menunjukan adanya frustasi pribadi.
d.
Memiliki pertimbangan yang rasional dalam pengarahan diri.
e.
Mampu belajar dari pengalaman
f.
Bersikap realisktik dan objektif
Dalam penyesuaian diri secara positif, individu akan melakukan
berbagai bentuk berikut ini.
a. Penyesuian diri dalam menghadapi masalah secara langsung
Dalam
situasi ini, individu secara langsung menghadapi masalah dengan segala akibat.
Ia akan melakukan tindakan yang sesuai dengan masalah yang dihadapinya.
Misalnya seorang remaja yang hamil sebelum menikah akan menghadapinya secara
langsung dan berusaha mengemukakan segala alasan kepada orangtuanya.
b. Penyesuian diri dengan melakukan eksplorasi (penjelajahan)
Dalam situasi ini, individu mencari berbagai pengalaman untuk
menghadapi dan memecahkan masalah-masalahnya. Misalnya, seorang siswa yang
merasa kurang mampu dalam mengerjakan tugas membuat makalah akan mencari bahan
dalam upaya menyelesaikan tugas tersebut, dengan membaca buku, konsultasi,
diskusi, dan sebagainya.
c. Penyesuaian diri dengan trial and error
Dalam cara ini, individu melakukan tindakan coba-coba, dalam arti
kalau menguntungkan diteruskan dan kalau gagal tidak diteruskan. Misalnya,
seorang pengusaha mengadakan spekulasi untuk meningkatkan usahanya.
d. Penyesuaian diri dengan subsitusi (mencari pengganti)
Apabila individu merasa gagal dalam menghadapi masalah, ia dapat
memperoleh penyesuaian dengan jalan mencari pengganti. Misalnya,gagal
berpacaran secara fisik, ia akan mencari pacar penggati yang sesuai dengan yang
ia inginkan.
e. Penyesuaian diri dengan belajar
Dengan belajar, individu dapat memperoleh pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan untuk membantu penyesuaian dirinya. Misalnya,
seorang guru akan berusaha belajar tentang berbagai ilmu pengetahuan untuk
meningkatkan kemampuan profesionalismenya.
f. Penyesuaian diri dengan pengendalian diri
Penyesuaian diri akan lebih efektif jika disertai oleh pengetahuan
memilih tindakan yang tepat serta pengendalian diri yang tepat pula. Dalam situasi
ini, individu akan berusaha memilih tindakan mana yang harus dilakukan dan
tindakan mana yang tidak perlu dilakukan.Cara inilah yang disebut inhibisi.
g. Penyesuian diri dengan perencanaan yang cermat
Dalam hal ini, sikap dan tindakan yang dilakukan merupakan
keputusan yang diambil berdasarkan perencanaan yang cermat dan matang. Keputusan
diambil setelah dipertimbangakan dari
berbagai segi, seperti untung dan ruginya.
2. Penyesuaian
diri yang salah
Kegagalan dalam
melakukan penyesuaian diri secara positif, dapat mengakibatkan individu
melakukan penyesuaian yang salah. Penyesuaian diri yang salah ditandai dengan
sikap dan tingkah laku yang serba salah, tidak terarah, emosional, sikap yang
tidak realistik, membabi buta, dan sebagainya. Ada tiga bentuk reaksi dalam
penyesuaian yang salah, yaitu rekasi bertahan, reaksi menyerang, dan reaksi
melarikan diri.
a. Reaksi bertahan (defence reaction)
Individu
berusaha mempertahankan dirinya dengan seolah-olah ia tidak menghadapi
kegagalan, ia akan menunjukkan dirinya tidak mengalami kesulitan. Adapun bentuk
khusus dari reaksi ini yaitu:
1) Resionalisasi,
yaitu mencari cari alasan yang masuk akal untuk membenarkan tindakanya yang
salah.
2) Represi,
yaitu menekan perasaannya yang dirasakan kurang enak ke alam tidak sadar. Ia
akan berusaha melupakan perasaan atau pengalamannya yang kurang menyenangkan
atau menyakitkan.
3) Proyeksi,
yaitu menyalahkan kegagalan dirinya pada pihak lain atau pihak ketiga untuk
mencari alasan yang bisa diterima. Misalnya, seorang siswa yang tidak lulus hal
itu disebabkan guru-gurunya membenci dirinya.
4) “Saur Grapes” (anggur kecut) yaitu memutar balikkan fakta atau kenyataan. Misalnya, seorang
remaja yang gagal menulis sms mengatakan bahwa handphonenya rusak, padahal dia
sendiri tidak bisa menggunakan HP.
b. Reaksi menyerang (Aggrresive Action)
Individu
yang salah akan menunjukkan sikap dan perilaku yang bermanfaat menyerang atau
konfrontasi untuk menutupi kekurangan atau kegagalannya. Ia tidak mau menyadari
kegagalannya atau tidak mau menerima kenyataan. Reaksi-reaksinya, antara lain:
1) Selalu membenarkan diri sendiri,
2)
Selalu ingin
berkuasa dalam setiap situasi,
3)
Merasa senang
bila mengganggu orang lain,
4)
Suka menggertak,
baik dengan ucapan maupun perbuatan,
5)
Menunjukan
sikap permusuhan secara terbuka,
6)
Bersikap
menyerang dan merusak,
7)
Keras kepala
dalam sikap dan perbuatannya,
8)
Suka bersikap
balas dendam,
9)
Memperkosa hak
orang lain,
10)
Tindakannya
suka serampangan, dan sebagainya.
11)
Marah secara
sadis
c. Reaksi melarikan diri (escape reaction)
Dalam reaksi ini, individu akan melarikan diri dari situasi yang
menimbulkan konflik atau kegagalannya. Reaksinya tampak sebagai berikut:
1) Suka berfantasi untuk memuaskan keinginan yang tidak tercapai
dengan bentuk angan-angan ( seolah-olah sudah tercapai )
2) Banyak tidur, suka minuman keras, bunuh diri, atau menjadi pecandu
narkoba,
3) Regresi, yaitu kembali pada tingkah laku kekanak-kanakan. Misalnya,
orang dewasa yang bersikap dan berperilaku seperti anak kecil.
3. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Proses Penyesuaian Diri.
Menurut Schneiders (1984), setidaknya ada lima faktor yang dapat
memengaruhi proses penyesuaian diri remaja, yaitu:
1. kondisi fisik
2. kepribadian
3. proses belajar
4. lingkungan
5. agama dan budaya
Proses
penyesuaian diri sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor yang menentukan
kepribadian itu sendiri, baik internal maupun eksternal.
Faktor-faktor itu dapat dikelompokkan sebagai berikut.
a. Faktor Fisiologis
Kondisi fisik, seperti struktur fisik dan temperamen sebagai
disposisi yang diwariskan, aspek perkembangannya secara instrinsik berkaitan erat
dengan susunan tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat korelasi yang positif antara tipe-tipe
bentuk tubuh dan tipe-tipe temperamen (Moh. Surya, 1977). Misalnya orang yang
tergolong ektomorf, yaitu ototnya lemah atau tubuhnya rapuh, ditandai oleh
sifat-sifat segan dalam melakukan aktivitas sosial, pemalu, pemurung, dan
sebagainya.
Karena struktur
jasmaniah merupakan kondisi yang primer bagi tingkah laku, dapat diperkirakan
bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang penting bagi
proses penyesuaian diri.
Kesehatan dan penyakit jasmaniah juga berpengaruh terhadap
penyesuaian diri. Kualitas penyesuaian diri yang baik pula. Ini berarti bahwa
gangguan jasmaniah yang diderita oleh seseorang akan mengganggu proses
penyesuaian dirinya. Gangguan penyakit yang kronis dapat menimbulkan kurangnya
kepercayaan diri, perasaan rendah diri, rasa ketergantungan, perasaan ingin dikasihi,
dan sebagainya.
b. Faktor Psikologis
Banyak
faktor psikologis yang mempengaruhi kemampuan penyesuaian diri seperti
pengalaman, hasil belajar, kebutuhan-kebutuhan,aktualisasi diri, frustasi,
depresi, dan sebagainya.
1) Faktor pengalaman
Tidak
semua pengalaman mempunyai makna dalam penyesuaian diri. Pengalaman yang
mempunyai arti dalam penyesuian diri, terutama pengalaman yang menyenangkan
atau pengalaman traumatik (menyusahkan). Pengalaman yang menyenangkan, seperti
memperoleh hadiah dari suatu kegiatan cenderung akan menimbulkan proses
penyesuaian diri yang baik. Sebaliknya, pengalaman yang traumatik akan
menimbulkan penyesuaian diri yang keliru.
2) Faktor belajar
Proses belajar
merupakan suatu dasar yang fundamental dalam proses penyesuaian diri. Hal ini
karena melalui belajar, pola-pola respon yang membentuk kepribadian akan
berkembang. Sebagian besar respon dan ciri-ciri kepribadian lebih banyak
diperoleh dari proses belajar daripada diperoleh secara diwariskan. Dalam
proses penyesuaian diri,belajar merupakan suatu proses modifikasi tingkah laku
sejak fase fase awal dan berlangsung terus sepanjang hayat dan diperkuat dengan
kematangan.
3)
Determinasi
diri
Proses penyesuaian diri, disamping ditentukan oleh faktor-faktor
tersebut diatas, terdapat faktor kekuatan yang mendorong untuk mencapai taraf
penyesuaian yang tinggi dan atau merusak diri. Determinasi diri mempunyai
fungsi penting dalam proses penyesuaian diri, karena berperan dalam
pengendalian arah dan pola penyesuaian diri.
4) Faktor konflik
Pengaruh konflik terhadap perilaku tergantung pada sikap konflik
itu sendiri. Ada pandangan bahwa semua konflik bersifat mengganggu atau
merugikan. Sebenarnya, beberapa konflik dapat memotivasi seseorang untuk
meningkatkan kegiatan dan penyesuaian diri. Misalnya, seorang anak dengan orang
tuanya yang berbeda pendapat tentang waktu belajar. Anak tersebut berpendapat
bahwa waktu belajar hanya dilakukan saat di sekolah saja, akan tetapi orang tua
anak tersebut berpendapat bahwa belajar juga dilaksanakan di rumah demi
memahami materi yang akan diajarkan dan sudah diajarkan. Anak tersebut tidak
akan mengetahui keuntungan dari melaksanakan pendapat orang tuanya setelah
menerima nilai raport yang jelek di akhir semester karena tidak belajar di
rumah setiap harinya. Maka dari hasil raport tersebut anak akan bisa lebih bisa
membagi waktu dan menuruti orangtua.
c. Faktor perkembangan dan kematangan
Dalam proses pengembangan, respon berkembang dari respon yang
bersifat instinktif menjadi respon yang bersikap hasil belajar dan pengalaman.
Dengan bertambahnya usia perubahan dan perkembangan respon, tidak hanya
diperoleh proses belajar, tetapi juga perbuatan individu telah matang untuk
melakukan respons dan ini menentukan pola penyesuaian dirinya.
Sesuai dengan hukum perkembangan,
tingkat kematangan yang di capai individu yang berbeda-beda, sehingga pola-pola
penyesuaian juga akan bervariasi sesuai tingkat perkembangan dan kematangan
yang dicapainya. Selain itu, hubungan antara penyesuaian dan perkembangan dapat
berbeda-beda menurut jenis aspek perkembangan dan kematangan yang dicapai.
Kondisi-kondisi perkembangan dan kematangan memengaruhi tiap aspek kepribadian
individu, seperti emosional, sosial, moral, keagamaan, dan intelektual.
d. Faktor lingkungan
Berbagai lingkungan, seperti keluarga, sekolah dan masyarakat,
kebudayaan, dan agama berpengaruh kuat terhadap diri seseorang.
1)
Pengaruh
lingkungan keluarga
Dari
sekian banyak faktor yang mengkondisikan penyesuaian diri, faktor lingkungan
keluarga merupakan faktor yang sangat penting. Karena keluarga merupakan media
sosialisasi bagi anak-anak proses sosialisasi dan interaksi sosial yang pertama
dan utama di jalani individu di lingkungan keluarganya. Hasil sosialisasi
tersebut kemudian dikembangakan di lingkungan sekolah dan masyarakat umum.
2)
Pengaruh
hubungan dengan orang tua
Pola hubungan
orang tua dan anak mempunyai pengaruh yang positif terhadap proses penyesuaian
diri. Beberapa pola hubungan yang dapat memengaruhi penyesuaian diri adalah
sebagai berikut.
· Menerima (acceptance)
Orang tua menerima kehadiran anaknya dengan cara-cara yang baik,
sikap penerimaan ini dapat menimbulkan suasana hangat, menyenangkan dan rasa
aman bagi anak.
· Menghukum dan disiplin yang berlebihan
Hubungan orang tua dengan anak bersifat keras. Disiplin yang
terlalu berlebihan dapat menimbulkan suasana psikologis yang kurang
menyenangkan bagi anak.
· Memanjakan dan melindungi anak secara
berlebihan
Perlindungan dan pemanjaan secara berlebiahan dapat menimbulkan
perasaan tidak aman, cemburu, rendah diri, canggung, dan gejala-gejala yang
lainya
· Penolakan
Orang tua menolak kehadiran. Beberapa penelitaian menunjukan bahwa
penolakan orang tua pada anaknya akan menimbulkan hambatan dalam penyesuaian
diri
3)
Hubungan
saudara
Hubungan
saudara yang penuh persahabatan, saling menghormati, penuh kasih sayang,
berpengaruh terhadap penyesuaian diri yang lebih baik. Sebaliknya suasana
permusuhan perselisihan, iri hati, kebencian, kekerasan, dan sebagainya dapat
menimbulkan kesulitan dan kegagalan anak dalam penyesuaian dirinya.
4)
Lingkungan
masyarakat
Keadalaan lingkungan masyarakat
tempat individu berada menentukan proses dan pola-pola penyesuaian diri. Hasil
penelitian menunjukan bahwa gejala tingkah laku atau perilaku menyimpang bersumber
pada pengaruh keadaan lingkungan masyarakatnya pergaulan yang salah dan terlalu
bebas dikalangan remaja dapat memengaruhi pola-pola penyesuaian dirinya.
5)
Lingkungan
sekolah
Lingkungan sekolah berperan sebagai media sosialisasi, yaitu
mempengaruhi kehidupan intelektual, sosial dan moral anak-anak. Suasana sekolah
baik sosial maupun psikologis akan memengaruhi proses dan pola penyesuaian diri
para siswanya. Pendidikan yang diterima anak disekolah merupakan bekal bagi
proses penyesuaian diri mereka dilingkungan masyarakatnya.
e. Faktor budaya
dan agama
Proses penyesuaian diri anak, mulai lingkungan keluarga, sekolah,
dan masyarakat secara bertahap dipengaruhi oleh faktor-faktor kultur dan agama.
Lingkungan kultural tempat individu berada dan berinteraksi akan menentukan
pola-pola penyesuaian dirinya. Misalnya, tata cara kehidupan di masjid atau
gereja akan memengaruhi cara anak menempatkan diri dengan masyarakat
sekitarnya.
Agama mamberikan suasana psikologis tertentu dalam mengurangi
konflik, frustasi dan ketegangan lainnya. Agama juga memberikan suasana damai
dan tenang pada anak. Ajaran agama ini merupakan sumber nilai, norma,
kepercayaan dan pola tingkah laku yang akan memberikan tuntunan bagi arti,
tujuan dan kestabilan hidup anak. Sembahyang dan berdoa merupakan media menuju
arah kehidupan yang lebih nyaman,
tenang, dan berarti bagi manusia. oleh karena itu, agama memegang peranan
penting dalam proses penyesuaian diri seseorang.
Proses
penyesuaian diri
Penyesuaian diri adalah proses bagaimana individu mencapai
keseimbangan diri untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan lingkungan. Seperti
kita ketahui penyesuaian diri yang sempurna tidak akan pernah tercapai.
Penyesuaian diri lebih bersifat suatu proses psikologis sepanjang hayat (live
long procces) dan manusia terus menerus akan berupaya menemukan dan mengatasi
tekanan dan tantangan hidup, guna mencapai pribadi yang sehat.
Orang akan dikatakan sukses dalam melakukan penyesuaian diri jika
ia akan mamenuhi kebutuhanya dengan cara-cara yang wajar atau dapat dierima
oleh lingkungan tanpa merugikan atau mengganggu orang lain. Penyesuaian diri
yang baik, yang selalu ingin diraih oleh seorang tidak akan dicapai, kecuali
kehidupan orang tersebut benar-benar terhindar dari tekanan tergoncangan dan
ketegangan jiwa.
Pada dasarnya penyesuaian diri melibatkan individu dengan
lingkunganya. Beberapa faktor lingkungan yang dapat menciptakan penyesuaian
diri yang cukup sehat bagi remaja adalah sebagai berikut.
1.
Lingkungan
keluarga yang harmonis
Apabila dibesarkan dalam keluarga yang harmonis yang didalamnya
terdapat cinta kasih, respek telorensi, rasa aman, dan kehangatan, seorang anak
akan dapat melakukan penyesuaian diri secara sehat dan baik. Rasa dekat dengan
keluarga merupakan suatu kebutuhan pokok bagi perkembangan jiwa seorang anak
Lingkungan keluarga juga meupakan lahan untuk mengambangakan
berbagai kemampuan, yang dipelajarainya melalui permainan, canda gurau,
pengalaman sehari-hari dalam keluarga. Dilingkungan keluarga, seorang anak
belajar untuk tidak egaois. Ia diharapkan dapat bebagi rasa dengan anggota
kelurga yang lain dan belajar untuk menghargai hak orang lain.
Dalam interaksi dengan keluarganya, seorang anak juga mempelajari
sejumlah adat dan kebiasaan, seperti dalam hal makan, minum, berbicara,
berpakaian , cara berjalan, duduk dan sebagainya. Selain itu, dalam keluaraga
masih banyak hal lain yang berperan dalam proses pembentukan kemampuan
penyesuaian diri yang sehat, seperti rasa percaya pada orang lain atau diri
sendiri, pengendalian rasa ketakutan, sikap telorensi, kerjasama, kehangatan,
dan rasa aman yang semua hal itu sangat berguan bagi penyesuaian diri di masa
depanya.
2.
Lingkungan
Teman Sebaya
Menjalin hubungan yang erat dan harmonis dengan teman sebaya
sangatlah penting pada masa remaja. Suatu hal yang sulit bagi remaja adalah
menjauhkan diri dan dijauhi oleh temanya. Remaja mencurahkan pada teman-temanya
apa yang tersimpan di hatinya, dari angan, pemikiran dan perasaan-perasannya.
Ia mengungkapkan pada teman sebayanya yang akrab secara bebas dan terbuka
tentang rencana, cita-cita, dan kesulitan-kesulitan hidupnya.
Pengertian dan saran-saran dari temanya akan membantu dirinya dalam
menerima keadaan dirinya serta memahami hal-hal yang menjadikan dirinya berbeda
dari orang lain dan keluarga orang lain. Semakin ia mengerti dirinya, semakin
meningkatkan keadaanya untuk menerima dirinya, mengetahui kekuatan dan
kelemahannya. Ia akan menemukan cara penyesuaianya yang tepat sesuai dengan
potensi yang dimilikinya itu.
3.
Lingkungan sekolah.
Sekolah mempunyai tugas yang tidak terbatas pada masalah
pengetahuan dan informasi saja, tetapi juga mencakup tanggung jawab moral dan
sosial secara luas dan kompleks. Demikian pula guru, tugasnya tidak hanya
mengajar saja tetapi juga berperan sebagai pendidik, pembimbing, dan pelatih
bagi murid-muridnya. Pendidikan yang modern menuntut guru untuk mengamati
pengembangan penyesuaian diri murid-muridnya serta mampu menyusun sistem
pendidikan yang sesuai dengan perkembangan tersebut.
1xbet korean soccer betting domain bestbet789.com
BalasHapus1xbet korean soccer betting in korea - We offer odds on every football market. We have a lot of football odds 1xbet 후기 for every game, in our betting markets you